Tempo hari publik dibuat terhenyak oleh viralnya sebuah video yang diunggah akun facebook Elly Dinada Cynknyaamuh yang kemudian juga diunggah kembali oleh akun Eris Riswandi.
Dalam tayangan video tersebut ada seorang pria memakai baju gamis yang dengan spontan tiba-tiba shalat di tengah jalan raya. Aneh memang, selain bukan pada tempatnya, shalat di tengah jalan jelas membahayakan para pengguna jalan dan tentunya juga membahayakan orang itu sendiri.
Sore hari menjelang buka puasa dimana kendaraan sedang padat-padatnya dia malah dengan pedenya tanpa merasa bersalah ambil posisi untuk shalat.
Dan lebih ironisnya lagi, TKP kejadian ini persis didepan Masjid Jami Ar Rahman, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Lha wong ada masjid lho ya ngapain shalat ditengah jalan…hmm.
Beruntunglah akhirnya identitas orang tersebut segera terungkap. Usut punya usut ternyata pria tersebut “rada-rada” alias memiliki gangguan kejiwaan bin stress alias gila.
Adalah pengurus Masjid Ar Rahman, Rifai yang mengungkap identitas pria tersebut.
“Pas dibawa ke pinggir dan dilihat, wah ini mah orang enggak jauh, anak dokter gigi, di sini rumahnya di belakang. Saya sering lihat anaknya, emang anaknya agak stres. Pas dibopong, langsung dibawa pulang ke rumahnya. Enggak kok, enggak ngamuk (saat dibopong),”
Kata Rifai. Kompas.com
Dan entah benar ataukah tidak, saya menduga kejadian ini turut berperan terkait dibatalkannya acara shalat tarawih Pemprov DKI Jakarta yang sedianya akan diadakan di Monas akhirnya dialihkan ke masjid Istiqlal.
Karena diakui ataukah tidak, kejadian ini memiliki kesamaan logika kalau menurut nalar saya. Ada masjid disitu, ngapain shalat di tengah jalan, ada masjid terbesar Istiqlal, ngapain juga shalat di Monas. Bedanya hanyalah orang yang shalat ditengah jalan tadi ternyata gila, sedangkan yang merencanakan shalat di Monas sepertinya normal.
Dan terbukti setelah video ini viral akhirnya Anies dan Sandiaga legowo shalat tarawih diadakan di masjid Istiqlal. Padahal sehari sebelumnya Sandiaga masih ngotot dan bahkan mengklaim sudah mendapat persetujuan dari para ulama untuk shalat tarawih di Monas.
Dari peristiwa ini ada dua pelajaran penting yang bisa kita petik.
Pertama, ada kalanya kita harus belajar dari orang gila. Ha..ha..
Jangan pernah malu untuk belajar dari orang gila jika itu membuatmu waras. Tapi kalo ada yang waras ya ngapain juga belajar dari orang gila kan gitu…
Jujur saja saya meragukan apakah pria dalam video tersebut benar-benar gila. Coba pikir, mengapa video tersebut bertepatan dengan pro kontra shalat tarawih di Monas? Curiganya saya orang tadi waras, dia hanya ingin menyindir orang-orang yang suka pamer beribadah di lapangan terbuka, pamer ibadah di media sosial berharap agar dianggap beriman dan religius.
Tetapi jika pria dalam video tadi memang benar-benar gila, berarti memang inilah tamparan bagi kita semua : bahwa orang gila terkadang lebih waras dan mau diingatkan daripada orang waras itu sendiri. Orang gila tersebut tidak menolak ketika dibopong sedangkan kita yang waras kadang-kadang bebal ketika diingatkan dan dinasehati He..he
Kemudian yang kedua, dari peristiwa ini kita belajar : Ibadah bukan untuk dipamerkan.
Jika kita sepakat bahwa shalat ditengah jalan tidak dibenarkan dan hanya orang gila yang melakukan itu, berarti bisa saya tarik kesimpulan bahwa memang ibadah yang sejati adalah ibadah yang hanya kita dan Tuhan yang tahu.
Ada ungkapan dalam kitab suci :
“Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya”
“Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Tuhanmu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Tuhanmu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
“Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu”
Dari ketiga ungkapan tersebut jelas bahwa ibadah yang sejati bukanlah ibadah yang dipamer-pamerkan. Pamer ibadah hanya akan mendapat upah dipuji manusia, tetapi ibadah yang sejati mendapat ganjaran dari Sang Khalik. Anda pilih mana?
Terimakasih, orang gila atas pembelajaran hari ini!
Selamat beribadah (yang sejati)…!!