Tercyduk!
Belum genap seminggu bu Tuty mengemasi barang-barangnya dari ruangan kantor kepala Badan Perencanaan Daerah, langsung muncul “tikus-tikus” mencari sisa-sisa makanan. Mungkin saking laparnya, begitu penjaga rumah pergi, pesta poralah mereka (tikus)…
Bu Tuty yang biasa meneliti anggaran pergi, muncullah kejanggalan dalam tender program “revolusi putih” yang di gagas Prabowo. Dari nama penggagasnya saja sudah janggal. Lha apa tidak janggal, gubernurnya Anies kok yang punya program Prabowo?
Pemenang tender program penyediaan makanan tambahan di sekolah-sekolah berupa susu dan kacang hijau tersebut ternyata perusahaan kontraktor alias bangunan…
Aneh bin ajaib, mau beli makanan bubur kacang ijo, tapi perginya ke toko material yang biasa menjual semen, batako, pasir, ayakan pasir dan seperangkat alat bangunan lainnya.
Sedikit kilas balik, revolusi putih adalah program pemberian makanan bagi para siswa di sekolah berupa susu dan kacang hijau sebagai upaya menambah asupan gizi anak didik.
Revolusi putih ini sudah digaungkan Prabowo sejak kampanye Pilpres 2014 dalam salah satu visinya bersama Hatta Rajasa kala itu. Namun karena gagal jadi presiden, akhirnya Prabowo menitipkan program ini ke Anies-sandi untuk diterapkan di Jakarta.
Padahal kalau kita mau jujur, sebenarnya Jakarta tidak butuh revolusi ini. Gizi anak di perkotaan sudah cukup memadai. Saya usulkan pak Prabowo bawa saja program ini ke Indonesia bagian timur atau di desa-desa terpencil dimana harga-harga bahan pangan masih mahal dan sulit dijangkau.
Tetapi karena gubernur Anies dan Saya tidak berani menolak Prabowo akhirnya program inipun lolos diterapkan di Jakarta.
Namun lantaran minimnya kontrol pemerintah DKI Jakarta serta lemahnya kemampuan managerial gubernur Anies, akhirnya program inipun sia-sia dan hanya dimanfaatkan oleh oknum yang ingin mengambil keuntungan.
Bukannya perusahaan yang berpengalaman menyediakan bahan pangan, pemenangnya justru perusahaan konstruksi. Padahal jelas tendernya adalah untuk menyediakan susu UHT dan bubur kacang hijau bagi siswa SD di Jakarta.
Dalam paket itu pemenangnya adalah PT. Tangan Pembangun Nusantara dengan nilai kontrak Rp 3.7 Milliar. Dari penelusuran warta kota, perusahaan ini terpantau lebih sering menang proyek konstruksi, bukan bahan makanan.
Apakah perusahaan ini bergerak disegala bidang sehingga bisa main sana dan main sini? Hmm…
Terlepas apakah perusahaan pemenang tender ini sudah melalui mekanisme yang benar, tetapi memenangi proyek yang bukanlah bidangnya jelaslah patut diduga ada sesuatu. Masih banyak perusahaan makanan yang lain yang berpengalaman menyediakan produk berkualitas, mengapa malah “toko material” yang terpilih…
Kejanggalan-kejanggalan seperti inilah yang musti kita pantau terus untuk menyelamatkan uang APBD Jakarta. Ingat! program ini bukan berasal dari uang CSR seperti yang biasa dipakai Ahok, ini adalah uang APBD, asli duit rakyat yang tidak sedikit.
Total anggaran DKI Jakarta 2018 untuk pengadaan susu UHT dan bubur kacang hijau diseluruh Jakarta ini adalah sebesar Rp 58,6 milliar, terbilang biar lebih jelas : limapuluh delapan miliar enam ratus juta rupiah.
Ini betul-betul harus kita kawal! Jangan sampai susu dan kacang hijau yang mestinya menjadi tambahan asupan gizi bagi adik-adik kita di sekolah dasar, akhirnya malah menjadi asupan proyek bagi oknum perusahaan yang tidak bertanggung jawab…
Kemana KPK DKI Jakarta? Kemana 73 anggota TGUPP? Kemana para relawan Anies yang ditampung menjadi staf? Kemana para pegawai pilihan Anies yang menggantikan “orang-orang” Ahok? Entahlah… faktanya, tender-tender seperti ini terus saja lulus sensor…
Inilah konsekuensi logis ketika Jakarta harus kehilangan Ahok. Jika sebelumnya kita bisa tidur nyenyak karena anggaran sudah dikawal Ahok, sekarang kita musti senantiasa berjaga-jaga dan berdoa agar uang-uang kita tidak raib disikat maling…
Waspadalah… waspadalah…
Om, susu Om!
Sumber :