Dugaan bahwa TGUPP hanya menjadi tong sampah pembuangan timses Anies Sandi, sudah terbukti bukan hanya menjadi dugaan semata. Fakta ini dibuka oleh anggota DPRD DKI sendiri yang mengetahui Gubernur DKI Anies Baswedan menghapus kriteria profesional dari 2 Pergub tentang Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) yang ditandatanganinya.
Anggota Komisi C DPRD DKI, Ruslan Amsyari, mengatakan hal itu sebagai pembohongan publik disebabkan Anies menutupi hal ini dan membohongi publik dengan menggembor-gemborkan soal profesionalisme ke masyarakat, padahal Pergubnya sudah menghilangkan kriteria itu.
Yang dihapus adalah kriteria profesional dari Pergub 411/2016 tentang TGUPP dihapus di 2 Pergub berikutnya yang ditandatangani Anies, yakni Pergub 186/2017 dan Pergub 196/2017.
Penyebutan ahli di klausul yang sama pada kedua Pergub itu telah diubah dari profesional/ahli menjadi cukup non-PNS. Akibatnya kriteria non-PNS membuat anggota TGUPP benar-benar tak perlu lagi dari kalangan profesional/ahli. Bahkan dari tim sebanyak 73 orang itu, ada yang pekerjaannya cuma sebagai juru ketik dan tukang survey.
Pantas saja kata profesional dihilangkan, bisa jadi ke depan bila Anies dan Sandi berencana memasukkan pembantu, supir dan tukang kebunnya ke tim TGUPP juga bisa, toh yang bayarin kan negara, jadi tidak perlu keluar duit pribadi lagi.
Akibat lain dari penghapusan kata profesional pada dua pergub tersebut juga mempengaruhi status anggota TGUPP yang lain, ambil contoh Mantan Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto (BW) yang ditunjuk Anies menjabat sebagai Kepala Bidang Pencegahan Korupsi TGUPP.
Anies pernah berkoar-koar BW merupakan seorang profesional atau ahli yang dipekerjakan dalam TGUPP.
Namun karena penghilangan kriteria profesional berdasarkan aturan yang dibuat Anies, status BW dalam TGUPP bukan lagi sebagai profesional maupun ahli. Namun statusnya sudah berubah menjadi pegawai non-PNS Bappeda DKI yang diangkat lewat SK Gubernur, dan diberi honor dari APBD DKI yang aslinya sederajat dengan ratusan guru non-PNS maupun Satpol PP non-PNS atau petugas Damkar non-PNS yang ada di lingkungan Pemprov DKI atau singkatnya pangkat kopral gaji jenderal.
Tidak tahu perasaan BW bagaimana bila tahu dikibulin Anies. Kalau tujuan BW hanya untuk materi, hal tersebut tidak masalah, bahkan kalau perlu makan gaji buta, tidak usah kerja tapi gaji jalan terus. Beda ceritanya kalau BW itu seorang lelaki terhormat, diperlakukan seperti itu pasti akan melukai harga dirinya. Itupun kalau masih ada harga diri.
Itu masih belum seberapa, adalagi yang lebih aneh. Tentu pembaca masih ingat beberapa waktu yang lalu permohonan uji materi LGBT yang ditolak oleh MK, akibatnya bermunculan hujatan kepada pemerintah seakan-akan pemerintah melindungi LGBT.
Ternyata salah satu anggota TGUPP yang diangkat Anies untuk duduk di dalam
Komite Pencegahan Korupsi (PK) DKI Jakarta yang diketuai oleh BW adalah aktivis LSM Hak Asasi Manusia, Nursyahbani Katjasungkana yang rupanya merupakan aktivis LGBT dan Pembela PKI.
Dan lucunya tidak ada satupun ormas keagamaan yang merupakan pendukung Anies Sandi yang berani mempermasalahkan hal tersebut, bahkan Mayjen Kunyuk yang biasanya paling ribut soal PKI juga diam saja. Padahal sebelumnya sibuk menuduh pemerintah melindungi LGBT, sibuk menuduh pemerintah disusupi PKI. Namun giliran yang jelas-jelas aktivis LGBT dan Pembela PKI duduk dalam Tim TGUPP, tidak ada yang bersuara.
Nursyahbani Katjasungkan sendiri diketahui merupakan orang yang menuntut pemerintah RI untuk meminta maaf kepada PKI melalui International People Tribunal kasus 1965 di Den Haag, Belanda. Bisa jadi dia ditugaskan oleh lawan Jokowi untuk menjebak pemerintah RI dalam hal ini Jokowi untuk meminta maaf kepada PKI, setelah misinya gagal karena Jokowi menolak untuk meminta maaf kepada PKI, barulah dibuang ke menjadi anggota TGUPP. Kalau dipikir-pikir cukup masuk akal bukan?.
Dari pemaparan diatas, anda dapat menilai sendiri apa dan siapa orang-orang yang masuk dan menjadi anggota TGUPP, walaupun belum dirilis secara lengkap siapa saja 73 orang anggota TGUPP, namun saya tidak akan heran bila nama para terduga makar seperti Ahmad Dhani dan Ratna Sarumpaet juga akan ada dalam tim tersebut. Jadi ibarat tong sampah, semuanya ada, yang gak ada cuman profesionalnya.